10 Cara Memarahi Anak yang Benar Tanpa Kekerasan

cara-memarahi-anak-yang-benar

10 Cara Memarahi Anak yang Benar Tanpa Kekerasan

 

Mendidik anak dan mengajarkan perilaku yang baik tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua. Si Kecil perlu diajarkan mengenai perilaku dan karakter yang baik sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya. Sebagai seorang Mama, mengurus rumah tangga, membersihkan rumah, mengurus segala hal yang diperlukan anak merupakan kegiatan sehari-hari yang dijalani. Terkadang, hal tersebut membuat kelelahan dan memengaruhi emosi sehingga saat Si Kecil melakukan suatu kesalahan, tak jarang Mama menjadi marah.

Marah merupakan suatu reaksi alami seseorang dan perlu dilakukan jika Si Kecil melakukan perbuatan yang tidak terpuji sehingga ia mengetahui bahwa perilakunya tidak patut dilakukan. Namun, terkadang amarah yang berlebih dan dengan cara yang salah justru akan menimbulkan efek yang berkebalikan dimana anak menjadi rendah diri, mudah cemas, dan meningkatkan perilaku agresif.2

 

Sebelum memarahi anak, Mama perlu tahu cara memarahi anak yang benar. Pertama-tama, Mama harus tahu terlebih dahulu apa yang menyebabkan Si Kecil berperilaku salah, keras kepala, atau mengulang kesalahan yang sama. Sifat dan karakter anak berbeda sesuai dengan perkembangan usianya. Menurut Christine Raches, seorang psikolog klinis dan analis perilaku dari Indiana University, usia balita, yaitu usia 12 hingga 36 bulan merupakan usia dimana anak mengalami banyak perubahan perkembangan dan jika Si Kecil mulai menunjukkan sifat keras kepalanya pada masa ini bukan berarti ada yang salah dengan anak tersebut atau cara mengasuhnya.

Sebagai contoh, yang paling sering adalah ketika mendekati usianya yang kedua, Si Kecil sering sekali menolak dan mengatakan tidak, misalnya menjadi tidak mau makan, tidak mau berhenti bermain, tidak mau duduk diam. Hal ini terlihat seperti sifat pembangkangan anak dan dinilai bukan anak yang penurut, kenyataannya, pada tahap ini, Si Kecil mulai menyadari bahwa dia adalah dirinya sendiri yang memiliki otonomi dan ia sedang mencoba mencari tahu apa yang bisa dan tidak bisa dilakukannya. Namun, keterbatasan kemampuan fisik dan kognitif membuat orang tua membantu dan melakukan hal yang berkebalikan dengan yang ia inginkan, tentunya hal ini menimbulkan rasa kesal dan frustasi pada anak.3 Berikut ini cara memarahi anak yang benar agar tumbuh kembang anak tetap terjaga.

10 Cara Memarahi Anak yang Benar

Menghadapi sikap keras kepala atau perilaku anak yang salah membutuhkan teknik yang tepat sehingga dapat mengenai sasaran. Berikut beberapa cara memarahi anak yang benar dan dapat menimbulkan dampak yang baik bagi Si Kecil.

1. Kenali karakter masing masing anak

Anak perempuan dan laki-laki memiliki karakter yang berbeda, anak sulung dan bungsu juga tidak dapat disamakan. Kenali sifat dan karakter temperamen masing-masing masing anak sehingga penanganan kepada Si kecil tepat sasaran.2-4

2. Kontrol emosi Mama

Aktivitas yang padat atau adanya masalah lain di luar masalah rumah tangga terkadang membuat Mama menjadi tidak fokus dan tidak jarang melimpahkan emosi ke Si Kecil. Hindari memarahi Si Kecil saat sedang emosi. Sebaiknya tarik nafas dalam, berdiam diri, dan tenangkan pikiran terlebih dahulu sebelum berbicara dengan Si Kecil.2-4

3. Tentukan prioritas masalah

Tidak semua perilaku Si Kecil yang salah harus dikomentari, pilihlah mana yang utama sehingga anak juga merasa memiliki hak atas dirinya sendiri. Sebagai contoh, Si Kecil ingin menggunakan pakaiannya sendiri, namun Si Kecil belum bisa dan memakan waktu yang lama sedangkan Mama harus bekerja, sampaikan kepadanya bahwa ia dapat melakukannya di akhir pekan. Menawarkan pilihan, misalnya, menggunakan baju A atau B juga dapat membuat Si Kecil merasa memiliki hak untuk memilih. Disarankan untuk tidak menawarkan lebih dari dua pilihan. 2-4

4. Sampaikan apa yang orang tua harapkan

Dibandingkan dengan melarang dan mengatakan “tidak” pada Si Kecil, sebaiknya diubah dengan kata-kata positif. Misalnya, Mama mengharapkan Si Kecil jangan berlari, daripada mengatakan “jangan” lebih baik katakan kepadanya bahwa Mama mengharapkan Si Kecil berjalan santai atau duduk.2-4

5. Ketahui pemicu si kecil

Ketahui kegiatan apa yang tidak disukai anak dan yang disukai anak. Misalnya, Si Kecil selalu tidak mau duduk di kursi mobil, cara pengalihan dapat membuat situasi menjadi lebih menyenangkan dengan memberitahu Si Kecil jika ia mau duduk di kursi akan diputarkan musik atau lagu kesukaannya, namun jika ia tetap tidak mau, cukup katakan kepadanya bahwa kami tidak akan melakukan apapun sampai si Kecil mau duduk di kursinya.2-4

 

6. Tetap konsisten

Hal ini yang paling sering terjadi adalah ketika anak berteriak menangis di tempat umum, karena merasa malu dan takut menganggu orang lain, orang tua cenderung mengikuti keinginan anak. Jika hal ini terjadi, maka anak akan belajar bahwa berteriak adalah kunci untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Solusinya adalah ajak anak ke tempat yang sepi dan tidak menganggu orang lain dan biarkan ia tenang.2-4

7. Hindari memaksa anak 

Saat anak cenderung dipaksa ketika melakukan sesuatu, anak akan tumbuh menjadi individu yang sulit menentukan pilihan. Tak jarang, anak juga akan memberontak saat dipaksa, terutama pada anak yang keras kepala.

 

8. Ajarkan anak dari pengalaman

Melarang anak hanya dari kata-kata seringkali tak berhasil. Karena itu, sesekali biarkan anak belajar dari pengalaman. Hal ini juga sebagai upaya untuk mencegah memarahi anak dengan metode yang kurang tepat.

9. Ajak anak bekerja sama

Saat anak marah, biarkan mereka memiliki ruang sendiri dan pastikan orang tua tidak memarahinnya dengan kata-kata kasar atau justru dengan kalimat yang menurunkan rasa percaya diri anak.

10. Konsultasi dengan ahlinya

Jika semua cara diatas sudah dilakukan namun Si Kecil masih melakukan kesalahan dan keras kepala, maka Mama bisa berkonsultasi dengan para ahli seperti psikolog anak atau dokter spesialis anak.4

Jadi, bagaimana, Ma, masih mau memarahi Si Kecil dengan cara yang lama? Ikuti cara memarahi anak yang benar ini, ya, supaya tidak memberikan dampak negatif kepada Si Kecil.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *