6 Cara Mendidik Anak agar Punya Karakter Hebat
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak hebat yang memiliki karakter baik. Dan tugas orang tua adalah mendorong dan memfasilitasi anak agar dapat menumbuhkan kebiasaan baik sehingga mereka tumbuh menjadi anak yang peduli kepada sesama.
Kebiasaan-kebiasaan yang menetap dan mendarah daging pada anak inilah yang akan menjadikannya memiliki karakter hebat bahkan sampai ia dewasa kelak. Lantas, bagaimana cara mendidik anak agar punya karakter hebat?
Yuk, simak ulasan selengkapnya dalam artikel berikut ini, Bu! Namun sebelum itu, ketahui dulu seperti apa itu karakter anak yang hebat.
Seperti Apa Karakter Anak Hebat?
Ibu dan Ayah tentu ingin melihat si Kecil tumbuh dengan sehat dan memiliki karakter yang hebat, serta bisa sukses di masa depan. Untuk itu, anak Ibu sebaiknya memiliki berbagai karakter berikut ini di dalam dirinya.
1. Punya Empati Tinggi
Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan, kepentingan, kehendak, masalah, atau kesusahan yang dirasakan orang lain. Sederhananya, empati adalah kemampuan untuk bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kemampuan ini harus dimiliki semua orang, termasuk juga anak-anak, Bu.
Apalagi di rentang usia prasekolah, anak-anak sebetulnya sudah siap bersosialisasi, lebih bersemangat mencoba hal-hal baru, dan punya rasa ingin tahu yang besar untuk mengeksplorasi lebih banyak tentang dunia yang mereka lihat.
Nah, mengajarkan rasa empati sejak dini bisa membuat anak-anak belajar menempatkan diri pada posisi orang lain untuk memahami perasaan atau kondisi orang tersebut. Jadi, si Kecil bisa belajar apa yang akan ia rasakan dan lakukan jika ia berada di situasi yang sama.
Dengan memiliki rasa empati, anak dapat tumbuh menjadi sosok yang peduli dengan dunia sekitarnya, tidak hanya peduli sesama manusia tapi juga hewan dan lingkungannya. Sikap empati membuat anak mau melihat segala yang terjadi di dunia dengan kacamata lebih luas.
Tanpa adanya rasa empati di dalam diri anak, ia akan cenderung bersikap tidak peduli dengan sekitarnya. Anak-anak jadi tidak mau dan tidak bisa merasakan penderitaan yang dialami orang lain. Akibatnya, bukan tidak mungkin anak akan lebih sering merendahkan, meremehkan, atau mengucilkan orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
Jika si Kecil tidak bisa berempati, ia bisa tumbuh menjadi anak yang angkuh dan arogan sehingga cenderung dijauhi atau tidak disukai teman-temannya. Apabila hal tersebut terus-terusan terjadi, tentu akan berpengaruh pada kondisi jiwanya saat dewasa nanti, Bu.
2. Kreatif dan Imajinatif
Imajinasi dan kreativitas adalah dua hal yang berjalan secara beriringan. Daya imajinasi akan diasah dan digunakan saat si Kecil berpikir secara kreatif. Jadi ketika si Kecil memiliki kreativitas yang tinggi, daya imajinasinya juga ikut meningkat.
Anak dengan kreativitas tinggi memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru di dalam kepala mungilnya. Kemampuan ini, Bu, akan membuat si Kecil merasa puas dan bangga yang berhubungan langsung dengan peningkatan rasa percaya dirinya.
3. Mampu Berpikir Kritis
Umumnya, anak kecil sudah terbiasa bereksplorasi dan menyelidiki hal-hal baru di sekitarnya sejak lahir untuk mendorong rasa ingin tahunya.
Nah, anak hebat membuatnya terbiasa berpikir kritis, menghubungkan satu fakta dengan fakta lain, dan mencari celah di antara berbagai kemungkinan yang ada untuk memecahkan masalah yang kompleks sekalipun.
4. Disiplin
Anak yang hebat juga ditandai dengan karakteristiknya yang disiplin. Si Kecil sudah mengetahui apa saja batasan-batasan tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, atau kapan ia boleh melakukan sesuatu dan tidak.
Disiplin ini bukan hanya penting untuk membentuk karakter anak, tapi juga menentukan kesuksesan akademik dan kebahagiaan diri anak, Bu. Tanpa disiplin, si Kecil mungkin kesulitan menavigasi hubungan dan tantangan dalam hidup, seperti menyelesaikan pekerjaan dan belajar.
5. Sopan dan Santun
Anak hebat umumnya sudah memahami pentingnya sikap tolong menolong dan berbuat baik terhadap sesama tanpa memandang perbedaan.
Sebagai contoh apabila si Kecil menginginkan sesuatu, ia akan mengucapkan kata “tolong”. Jika sudah mendapatkan atau menerima sesuatu, biasakan ia untuk mengatakan “terima kasih”. Selain itu, bila ia melakukan kesalahan, ia sudah pandai mengatakan kata “maaf”.
Cara Mendidik Anak agar Punya Karakter Hebat
Kebiasaan baik pada anak tidak tumbuh dengan sendirinya. Beberapa orang tua kerap berpikir “Ah, nanti anak saya juga akan paham dengan sendirinya”, Atau “Anak saya masih kecil belum perlu diajarkan macam-macam”.
Padahal, sebenarnya orang tua sudah mengajarkan anaknya sejak dini tanpa disadari, karena anak merupakan pengamat yang hebat dan penyerap informasi yang luar biasa lho, Bu. Anak akan mengamati kebiasaan-kebiasaan orang tua dan membuatnya menjadi kebiasaan mereka.
Jadi pertanyaannya bukan kapan saya mengajarkan kebiasaan baik pada anak saya? Tetapi, kebiasaan apa yang saya ajarkan kepada anak saya?
Membentuk kebiasaan baik pada anak tidak pernah sederhana. Akan tetapi, ada beberapa hal yang terkesan kecil dan mudah terlewatkan yang sebenarnya ketika dilakukan dengan konsisten dan ditambah dengan kecerdasan anak dalam menyerap informasi, dapat membentuk kebiasaan baik yang mempengaruhi perkembangan karakter anak.
Berikut adalah beberapa kebiasaan yang dapat dilakukan di rumah secara konsisten untuk membentuk anak hebat di antaranya adalah:
1. Mengajak Anak Bicara Setiap Hari
Ketika waktu bersama keluarga semakin sedikit dengan kesibukan yang ada, komunikasi kerap terhambat. Jika komunikasi terhambat, tanpa kita sadari anak kita tumbuh besar dan kita menjadi kurang kenal tentang anak kita.
Dengan banyak bertanya mengenai kehidupan sehari-hari saat orang tua tidak ada kita akan mengenal anak kita dan menumbuhkan kebiasaan bercerita pada mereka.
Kebiasaan bercerita pada anak akan menumbuhkan karakter terbuka, dan tidak sulit mengutarakan pendapat atau perasaan mereka pada orang lain. Dan ketika kebiasaan sederhana dilakukan sedini mungkin, maka perkembangan bahasa anak juga akan tumbuh pesat.
Membiasakan banyak bertanya pada anak kita juga bisa membuatnya tumbuh menjadi anak yang kritis dan cerdas, sehingga daya tangkapnya meningkat. Kebiasaan banyak bertanya juga melatih keterampilan sosial mereka. Mereka akan tumbuh menjadi anak yang terbuka dan mudah bersosialisasi, sehingga peduli pada lingkungan sekitar.
2. Bermain Role Play
Bermain peran adalah cara yang menyenangkan bagi anak untuk belajar tentang berbagai situasi sehari-hari dan profesi yang pernah mereka lihat di sekitarnya, Bu.
Dengan bermain peran, anak akan terdorong menggunakan akal kreatifnya untuk “menghidupkan” skenario yang selama ini mungkin hanya ada di dalam imajinasinya.
Role play juga memungkinkan anak-anak mencicipi seperti apa rasanya jadi orang dewasa. Karena lewat permainan ini, anak-anak bisa mempraktikkan bagaimana seorang karakter itu berdialog dan bertindak dari situasi-situasi yang mungkin pernah mereka amati sebelumnya.
Misalnya, anak memilih berpura-pura menjadi dokter untuk menolong temannya yang “sakit” karena si Kecil sudah pernah mengalami hal itu sebelumnya dan melihat bagaimana dokter bertindak untuk mengobati pasien.
Di lain waktu, anak dan teman-temannya mungkin memeragakan drama dari film atau tokoh fiksi favorit mereka. Misalnya, Barbie atau superhero dari Marvel Avengers.
Jadi, permainan role play cocok untuk mengasah imajinasi dan kreativitas anak, melatihnya berkomunikasi, berempati, dan sekaligus mengajarkan cara menyelesaikan masalah dari “skenario” yang berbeda-beda. Memutuskan siapa yang akan “berakting” sebagai siapa bisa jadi kesempatan untuk anak belajar bernegosiasi dan bergiliran, lho!
Ibu hanya perlu menyediakan alat peraga, kostum, dan peralatan yang sesuai dengan tema role play anak, dan biarkan anak bermain mewujudkan imajinasinya.
3. Ajak Anak Berjalan Kaki
Meskipun terkesan remeh, kebiasaan berjalan kaki bisa membantu anak dalam banyak hal lho, Bu. Ketika orang tua dan anak biasa berjalan kaki bersama untuk pergi ke tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah, mereka dapat menikmati kebersamaan sekaligus berolahraga ringan.
Kebiasaan berjalan kaki tentu dapat membantu menumbuhkan pola hidup sehat pada si Kecil. Jika bisa menjadi rutinitas, dengan berjalan kaki keliling komplek rumah misalnya, anak akan belajar mengenal lingkungan sekitarnya, sehingga mendorong rasa ingin tahunya, dan meningkatkan kecerdasannya.
Kebiasaan berjalan kaki juga berguna untuk menumbuhkan kebiasaan pada anak untuk bisa menikmati proses dalam mencapai tujuan. Kehidupan yang serba cepat membuat banyak dari kita sulit menikmati proses perjalanan.
Ketika kita ingin mencapai sebuah tempat yang terpikir adalah masuk mobil, lalu sampai di tempat tujuan secepat mungkin. Berjalan kaki yang membutuhkan proses lebih lama, membantu kita dan anak belajar menikmati proses.
4. Mengajarkan Anak Berhitung
Ibu mungkin bertanya-tanya, apa maksudnya dengan berhitung? Begini, Bu, pernah melihat anak bertengkar atau menangis karena berebut mainan, menunggu, atau berganti giliran? Ketika hal ini terjadi, coba ajak anak berhitung.
Misalnya, adik sedang bermain ayunan, kakak ingin meminjam juga? Minta adik dan kakak menghitung sampai 10 untuk bergantian. Dengan nada tenang, tidak emosi, mulailah berhitung dengan tempo sedang. 1…2…3… dan seterusnya sampai 10.
Anak biasanya akan lebih mudah untuk menunggu dan berganti giliran. Mengapa menjadi lebih mudah? Konsep waktu adalah konsep yang abstrak yang biasanya sulit dipahami oleh anak-anak.
Daripada kita meminta mereka menunggu 1 menit atau 5 menit, menghitung 1 sampai 10 lebih masuk akal bagi mereka, mereka tahu harus berapa lama menunggu, dan kapan harus berganti giliran.
Dengan mengajarkannya berhitung setiap menunggu, anak akan tumbuh dengan karakter sabar dalam berganti giliran. Selain melatih karakter sabar dan mau berbagi dengan teman, dengan berhitung, anak memiliki kesempatan mengenal urutan angka dan konsep waktu dengan cara yang konkret, hal ini yang membantu meningkatkan kecerdasan matematika pada anak.
5. Mengajarkan Rasa Syukur dan Terima Kasih
Anak-anak kerap merasa kehidupan teman-temannya lebih menarik dari mereka. Mereka sering merasa temannya punya mainan yang lebih bagus, liburan yang lebih seru, orang tua yang lebih asyik, dan hal lainnya lebih dari yang mereka punya.
Nah, mengajarkan kebiasaan bersyukur dan berterima kasih selalu dimulai dengan menjadi contoh bagi anak-anak kita. Misalkan saat liburan Ibu bisa berkata, “Wah, Kak bersyukur ya kita bisa liburan bareng sekeluarga”.
Atau saat anak melakukan hal baik kita juga tidak ragu mengucap terima kasih. “Terima kasih ya Kak, Kakak sudah menemani mama belanja hari ini.” Ketika anak mulai meniru kebiasaan ini, dan menginternalisasinya, anak akan menumbuhkan karakter untuk tidak mudah menginginkan milik orang lain dan mampu mensyukuri apa pun yang dimiliki.
Selain itu, mengucapkan kata tolong setiap kali meminta anak melakukan sesuatu juga bisa dibentuk sejak dini. Dengan menumbuhkan kebiasaan mengucapkan kata “tolong” pada anak, orang tua membangun karakter agar anak mengapresiasi dan menghargai pertolongan orang lain kepada mereka.
6. Mengenalkan Pentingnya Rutinitas
Setiap orang membutuhkan struktur dan rutinitas dalam hidup. Mengapa manusia nyaman dengan struktur dan rutinitas? Karena tubuh kita membutuhkannya.
Maka dari itu, kita kerap lapar dan mengantuk di waktu yang sama setiap hari. Anak-anak perlu ditumbuhkan kebiasaan untuk memiliki rutinitas. Memiliki jam ibadah, makan, dan tidur yang tetap membantu anak membentuk karakter disiplin di kemudian hari.
Ketika membantu anak memiliki jadwal rutin yang tetap, pastikan sesuaikan dengan kenyamanan dan tuntutan anak. Membentuk jadwal pada anak usia 1 tahun tentu berbeda dengan anak usia sekolah. Dan usahakan jadwal ini tidak banyak berubah meskipun dalam situasi liburan, karena akan membingungkan bagi anak.
Dengan mempunyai jadwal tetap, anak akan tumbuh menjadi anak yang disiplin dan bertanggung jawab, kecerdasannya pun terasah dengan terlatihnya daya ingat anak dalam mengingat jadwal dan tanggung jawab mereka.