Adakah lagu anak-anak seperti dulu, semacam “Ambilkan Bulan Bu” (AT Mahmud) atau “Pergi Belajar” (Ibu Kasur) sudah tidak ada lagi, atau dapat dikatakan sudah tidak “menggiurkan” lagi bagi para produser dan pencipta lagu..??? Dan hebatnya fenomena hilangnya lagu anak-anak yang sesuai dengan umur mereka, tidak hanya terlihat di televise tetapi juga ada sebagian yang menggelar kontes music anak dan kebanyakan membawa lagu-lagu dewasa. Apakah dapat dibenarkan untuk mengajarkan rasanya “Patah hati” atau hal-hal yang berbau “pacaran” kepada anak kecil??
Apakah sudah tidak ada lagi lagu yang pas untuk anak kecil, yang sesuai dengan umur mereka? yang mendidik mereka? bukan hanya pendidikan, tapi juga moral, kemanakah lagu-lagu anak itu? Satu hal yang kita takutkan adalah ketika anak seusia mereka, sudah disuapi hal-hal yang tidak sesuai dengan umur mereka akan berakibat bagi psikologis anak itu sendiri.
Pastinya para orang tua merindukan kembalinya penyanyi cilik atau pencipta lagu anak yang menyanyikan lagu-lagu seperti dulu, lagu-lagu yang sesuai dengan perkembangan psikologis anak kecil. Lagu-lagu yang sesuai dengan umurnya. Lalu apa kendala sebenarnya?
Pertama, media kurang merespon lagu anak-anak yang muncul. Ketika ada karya, ada keengganan untuk meng-interview atau memutar lagu para penyanyi cilik di radio. Sekalinya ada, porsinya tidak banyak. Banyak juga radar media yang tidak jeli dalam melihat potensi dan bakat penyanyi anak .
Minimnya pemberitaan membuat produser musik lebih memilih menginvestasikan uangnya untuk penyanyi yang mengikuti tren musik.
Media yang ingin memberitakan penyanyi cilik terus berkurang, panggung atau tempat tampil untuk lagu anak-anak juga sedikit. Hal ini membuat produser akan berpikir ulang untuk menggempur promosi lagunya. Industri dan ekosistemnya tidak berjalan baik. Pada akhirnya, lagunya tidak terdengar dan sampai ke telinga masyarakat .
Jika sudah demikian, teknologi terasa menjadi alat bantu yang sangat dibutuhkan untuk menyukseskan belajar dari rumah yaitu dengan belajar sambal bermain dengan sistem online .Orang tua juga harus lebih cermat dan kreaif dalam membimbing anak belajar dirumah agar tidak bosan dan monton, pahami kegemaran anak, kesukaannya dan yang terbaik untuk si anak biarkan ia mengeksplor dunianya sambil kita para orang tua mengawasinya .
Dari segi keterampilan, bisa mencoba mengeskplorasi berbagai aplikasi yang bermanfaat dari gadget. Mulai dari tutorial digital, aplikasi kreatif hingga permainan yang membantu mengasah kemampuan motoric dan logika si anak. Berbagai aplikasi tersebut dapat diunduh secara gratis. Berkat teknologi digital maka mempelajari kompetensi dan keterampilan baru menjadi sangat mudah. Selain sebagai tools, teknologi digital juga membantu menghubungkan kita dengan komunitas yang memiliki antusiasme yang sama sehingga mempercepat proses belajar .
Harapan bagi semua orang tua pastinya semoga banyak produser-produser musik di luar sana yang mulai melirik bahwa anak-anak Indonesia masih butuh banyak sekali lagu-lagu Indonesia dan mau meremake atau produksi baru,