Siapa yang tak senang melihat anak-anak bernyanyi dengan ceria. Tak hanya menyenangkan, bernyanyi sebenarnya dapat meningkatkan kemampuan verbal dan daya imajinasi anak. Sayangnya, pengaruh lingkungan dan minimnya lagu untuk anak-anak, membuat anak kerap menyanyikan lagu dewasa.
Tak bisa dipungkiri, anak yang terlalu sering melafalkan lirik bernuansa dewasa cenderung bersikap tidak sesuai usianya. Mungkin saat awal mendengar lagu dewasa, mereka belum memahami artinya. Namun, karena penasaran, lama kelamaan mereka akan mencari tahu apa makna yang terkandung dari lirik yang dilantunkannya tersebut.
Apalagi, jika lagu dewasa yang sering mereka nyanyikan divisualkan lewat video klip. Umumnya, lagu-lagu dewasa mengusung tema percintaan, kisah romantis bahkan perselingkuhan. Tak sedikit pula yang mencantumkan kata-kata yang tak pantas diucapkan oleh anak kecil.
Dampak Buruk Anak-Anak Menyanyikan Lagu Dewasa
Dari segi psikologis, lagu dewasa berisi kosa kata baru yang membuat anak-anak bingung. Jika dibiarkan, hal ini tentu akan menggangu perkembangan mental sang anak. Lama kelamaan sang anak akan menganggap bahwa isi lirik yang dinyanyikan adalah hal lumrah yang bisa dirasakan oleh anak-anak seumurannya.
Anda tentu kerap melihat perilaku anak zaman sekarang di media sosial kan? Banyak anak yang berpenampilan ala orang dewasa di sosmed. Fenomena “bocil (bocah kecil) zaman now” ini menjadi contoh dari efek yang ditumbulkan akibat sang anak terlalu sering terpapar konten dewasa, termasuk lagu yang dinyanyikannya.
Tak hanya dari penampilan, perilaku sang anak juga mulai berubah mengikuti gaya orang dewasa. Mereka tanpa malu-malu mendekati lawan jenis dan berpose layaknya ABG yang sedang kasmaran. Fenomena ini tentu menjadi hal memprihatinkan bagi kita yang melihatnya. Disamping memalukan, perilaku anak yang berlaga dewasa juga memilukan.
Penyebab Anak-Anak Mendengarkan Lagu Bernada Dewasa
Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak gemar mendengarkan lagu-lagu orang dewasa. Selain kemudahan akses informasi melalui media sosial dan internet, tanpa kita sadari, lagu-lagu bertema dewasa sering diperdengarkan di sekitar lingkungan bermain sang anak. Pengaruh televisi seperti sinetron remaja juga bisa menjadi faktor pendukung perubahan sikap sang anak. Berikut merupakan alasan kenapa anak-anak mudah terpapar lagu dewasa:
Minimnya Lagu Untuk Anak
Sebagian besar dari Anda tentu setuju jika lagu anak-anak yang ada sekarang, tidak sebanyak dulu. Di era 1990-an, tak sulit menemukan lagu anak-anak terpopuler. Penyanyi cilik seperti Tasya Kamila, Chikita Meidy, Eno Lerian hingga Joshua Suherman turut mempopulerkan lagu anak-anak di masa itu. Kini seiring mereka beranjak dewasa, jumlah penyanyi cilik pun kian berkurang.
Beberapa penyanyi cilik yang eksis di era sekarang, seperti Romaria, Naura Ayu dan Saga Omar Nagata belum memberikan pengaruh besar terhadap industri musik anak Indonesia. Kepopuleran mereka ternyata tidak sebanding dengan upaya promosi dan publikasi media di Indonesia.
Mantan penyanyi cilik, Tasya Kamila seperti yang dikutip dari CNN Indonesia berpendapat, selain minimnya dukungan media, industri musik anak-anak di Indonesia juga kekurangan sosok pencipta lagu anak. Dahulu, di era 1980 hingga 1990-an, Indonesia memiliki beberapa maestro lagu anak anak terpopuler seperti Kak Nunuk dan almarhum Papa T Bob.
Lagu Anak Kurang Laku
Senada dengan Tasya, Chikita Meidi juga berpendapat bahwa media massa, terutama televisi kurang memberikan porsi terhadap program khusus anak-anak. Padahal, di tahun 2010 silam, Chikita sempat membawakan program televisi berjudul Instinct For Kids. Namun, program khusus anak-anak tersebut gagal mendapatkan rating sehingga dihentikan pihak televisi.
Pernyataan Chikita benar adanya, jika diperhatikan beberapa tahun terakhir televisi diisi dengan sinetron yang tidak mendidik. Sebut saja sinetron bertema manusia yang bisa berubah menjadi serigala yang sempat populer di Indonesia. Selain kurang mendidik, sinetron tersebut juga sarat unsur dewasa dan percintaan remaja yang tidak pantas jika ditonton oleh anak-anak.
Maraknya Pembajakan Karya
Tak hanya kurang laku, lagu anak-anak juga sering dibawakan ulang tanpa izin dari penciptanya. Pembajakan karya menjadi salah satu bentuk kejahatan yang sangat merugikan musisi. Ini lah yang membuat pencipta lagu anak enggan mengeluarkan karya-karya baru. Saat karya mereka dibajak, mereka tidak mendapatkan royalty yang menjadi sumber pendapatan mereka.
Bicara tentang pembajakan karya, belum lama ini lagu ciptaan Papa T Bob yang berjudul Menulis Di Atas Kertas bahkan dijiplak oleh YouTuber fenomenal Rahmawati Kekeyi Putri Cantika. Lagu berjudul Kekeyi Bukan Boneka memiliki kemiripan nada pada bagian reff dengan lagu Menulis Di Atas Kertas yang dipopulerkan oleh 5 Anak Centil.
Seperti yang dikutip dari channel YouTube Eminews.id, T Bob Vargo, putra Papa T Bob mengatakan kemiripan nada lagu itu lebih dari 2 bar. Hingga kini belum ada klarifikasi lebih lanjut dari pihak Kekeyi tentang masalah plagiat lagu ini. T Bob Vargo pun menyatakan bakal menempuh jalur hukum jika yang bersangkutan tidak menunjukkan itikad baik.
Pelantun lagu Kuku Ku ini berpandangan televisi menjadi salah satu kunci lagu anak bisa kembali berjaya. Ia mencontohkan di era ’90-an di mana stasiun televisi saat itu menayangkan program anak tiga kali sehari.