Manfaat dan Cara Menumbuhkan Emotional Quotient (EQ) pada Anak
Selain kecerdasan akademik atau IQ (intelligence quotient), ada pula aspek kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) yang sama pentingnya dalam perkembangan anak.
Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kesuksesan anak di masa depan. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk maupun mengembangkan kecerdasan emosional anak.
Lantas, apa itu emotional quotient (EQ) dan mengapa EQ itu penting untuk si Kecil? Cari tahu jawabannya di artikel ini, ya, Bu.
Apa Itu Emotional Quotient (EQ)?
Emotional quotient (EQ) atau kecerdasan emosional adalah kapasitas anak untuk mengenali, menerima, mengelola, serta mengendalikan emosi serta perasaan, baik itu perasaan sendiri maupun perasaan orang lain.
Lalu, mengapa penting menanamkan kecerdasan emosional sejak anak berusia dini? Penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional ini membawa berbagai manfaat berharga dalam perjalanan kehidupan si Kecil.
Mengutip dari penjelasan UNICEF, anak yang cerdas secara emosional bisa menyadari emosinya dan berbicara dengan bebas tentang emosi tersebut, sekaligus mengenali emosi orang-orang di sekitarnya. Mereka tahu caranya mengelola perasaan negatif, berperilaku wajar meskipun keadaan tidak berjalan sesuai keinginan, dan tidak melepaskan tanggung jawabnya saat situasi menjadi sulit.
Dengan kata lain, anak yang memiliki EQ tinggi akan cenderung memiliki kedewasaan emosional yang lebih untuk bisa membantu dirinya menghadapi permasalahan sehari-hari dengan lebih rasional, untuk memotivasi diri sendiri, dan untuk mengelola hubungan dirinya dengan orang lain.
Nah, perlu Ibu ketahui bahwa keluarga berperan penting dalam pembentukan EQ anak. Lingkungan keluarga adalah tempat pertama di mana anak-anak belajar tentang emosi, mengekspresikan diri, dan cara mengelola perasaan.
Sebab, anak cenderung meniru perilaku orang tua dan anggota keluarga lainnya, sehingga keteladanan yang diberikan oleh orang tua memiliki dampak besar dalam membentuk pola perilaku dan kecerdasan emosional anak.
Apa Perbedaan EQ dan IQ?
Setelah memahami penjelasan tentang EQ, pertanyaan yang mungkin muncul dalam pikiran Ibu adalah, “Mana yang lebih penting dalam menentukan kesuksesan? IQ atau EQ?“
IQ atau Intelligence Quotient, juga dikenal sebagai kecerdasan intelektual, adalah angka yang mencerminkan kemampuan mental secara keseluruhan, yang diukur melalui sebuah tes.
Sebaliknya, EQ lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memahami, mengendalikan, menilai, dan mengekspresikan emosi.
IQ cenderung berfokus pada aspek pengetahuan, daya ingat, logika, dan penalaran. Maka itu, tidak bisa dipungkiri IQ masih diakui sebagai faktor paling penting dalam kesuksesan anak belajar secara akademik.
Meski demikian, para ahli berpendapat bahwa EQ atau kecerdasan emosional sebenarnya memiliki peranan yang lebih penting daripada IQ. Beberapa psikolog juga percaya bahwa ukuran standar kecerdasan, seperti skor IQ, itu terlalu sempit dan tidak mencakup seluruh kecerdasan manusia.
Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa keberhasilan dalam hidup seringkali tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja, tetapi juga oleh kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, mengatasi tantangan emosional, dan mengelola hubungan yang sehat. Oleh karena itu, mengembangkan EQ juga menjadi faktor penting dalam meraih kesuksesan pada si Kecil di masa yang akan datang.
Ciri-Ciri Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (EQ) Tinggi
Seperti yang Ibu tahu, setiap anak tentu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, dan tidak bisa dibandingkan antara satu dengan yang lainnya. Namun, ada beberapa ciri-ciri yang menunjukkan apabila si Kecil memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
-
Mudah diajak bicara.
-
Tidak merasa kesulitan ketika dijelaskan hal-hal tertentu tentang perasaan orang di sekitarnya.
-
Mudah beradaptasi dengan situasi dan juga orang-orang baru.
-
Mampu berteman dengan mudah.
-
Percaya diri, ketika membutuhkan bantuan, anak tahu bagaimana cara memintanya.
-
Rasa ingin tahu yang kuat, terutama tentang orang lain.
-
Perasaan empati dan kepedulian terhadap orang lain.
-
Bertanggung jawab pada kesalahannya.
-
Kemampuan untuk mengelola emosi dalam situasi yang sulit.
Bagaimana Cara Meningkatkan EQ Anak?
Ibaratnya sebuah spons, anak dapat dengan mudah menyerap segala hal yang diajarkan kepadanya. Karena itulah, penting bagi orang tua untuk mulai mengenalkan konsep kecerdasan emosional kepada anak-anak sejak usia dini. Berikut ini beragam cara yang bisa Ibu lakukan untuk meningkatkan EQ anak:
1. Bantu Anak Mengenal Emosi
Sebelum meningkatkan kecerdasan emosional (EQ), anak perlu mengenali dan memahami berbagai emosi yang sedang mereka alami. Dalam hal ini, Ibu dapat membantu anak memberi nama pada emosi yang sedang dirasakannya.
Misalnya, ketika anak merasa kesal karena kalah main bola, Ibu dapat mengatakan, “Adik sedang marah, ya? Karena tadi kalah bermain sama Kakak?” Afirmasilah emosi yang ia rasakan, dengan berkata, “Gapapa, kok, kalau Adik kesal karena kalah lomba. Main sama Ibu dulu yuk, kita coba tendang bolanya lebih jauh! Besok, kita coba ajak Kakak main lagi..”
Jika anak terlihat murung dan sedih karena tidak bisa main ke rumah temannya, Ibu juga dapat berkata, “Adik sedih ya karena hari ini nggak bisa main ke rumah teman? Soalnya hari ini hujan sih.. Kalau besok cuacanya cerah, kita main ke taman, ya!”
Kata-kata yang berkaitan dengan emosi seperti “marah”, “kesal”, “sedih”, dan “kecewa” semuanya dapat membantu anak memperluas kosa katanya untuk mengungkapkan perasaan. Jangan lupa juga untuk memperkenalkan kata-kata yang menggambarkan emosi positif, seperti “gembira”, “semangat”, dan “senang”.
2. Tunjukkan Rasa Empati
Ketika anak mengalami rasa kesal, mungkin keinginan Ibu adalah untuk segera meredakan perasaan si Kecil. Namun, sebenarnya pendekatan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan memvalidasi perasaan mereka dan menunjukkan empati kepada anak.
Sebagai contoh, saat anak merasa marah karena tidak diizinkan pergi ke taman, Ibu bisa mengatakan, “Ibu mengerti bahwa kamu merasa marah karena tidak boleh pergi ke taman, tetapi sekarang sudah sore. Apakah kamu merasa kesal karena Ibu melarangnya?” Ketika anak melihat bahwa perasaannya dipahami oleh Ibu, mereka akan merasa lebih baik dan dihargai.
3. Contohkan Cara Mengekspresikan Emosi
Cara terbaik untuk mengoptimalkan emotional quotient anak adalah memberikan contoh langsung bagaimana cara mengekspresikan emosi. Tapi, anak perlu melihat dan mencontoh bagaimana orang dewasa mengekspresikan emosi secara sehat.
Seringkali, anak-anak cenderung menggunakan cara seperti melempar barang dan berteriak ketika mereka merasa kesal. Ini adalah kesempatan bagi Ibu untuk memberitahu si Kecil bahwa tindakan tersebut tidaklah tepat.
Ibu dapat mengajari si Kecil untuk menggunakan kata-kata dalam mengungkapkan emosi mereka, misalnya, “Saya merasa marah karena saya kalah saat bermain dengan kakak” atau “Saya merasa senang karena Ibu membuat makanan yang enak”.
Penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki keterampilan emosional yang baik cenderung memiliki anak yang juga memiliki kecerdasan emosional yang baik. Oleh karena itu, penting bagi Ibu untuk terus mengembangkan keterampilan emosionalnya sendiri sehingga Ibu dapat menjadi contoh yang baik bagi si Kecil.
4. Ajari Cara Mengatasi Emosi yang Sehat
Setelah anak memahami emosi mereka, langkah selanjutnya adalah mengajari mereka bagaimana menghadapi emosi tersebut dengan cara yang sehat.
Salah satu cara yang sederhana adalah mengajarkan si Kecil untuk menggunakan teknik bernapas dalam-dalam saat anak merasa marah, dengan tujuan untuk menenangkan tubuhnya. Ketika anak sedang merasa marah, Ibu dapat meminta anak untuk mengambil napas panjang melalui hidung, lalu menghembuskannya melalui mulut seperti sedang meniup gelembung.
Cara ini tentunya lebih baik daripada harus melempar barang atau berteriak ketika sedang marah. Dengan mempraktikkan teknik napas ini, anak dapat belajar mengendalikan emosinya dengan cara yang lebih tenang dan terkendali.
5. Ajari Anak Bekerja Sama
Kerja sama adalah keterampilan yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan EQ anak, Bu.
Keterampilan ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dengan melibatkan anak dalam tugas-tugas rumah yang sederhana, seperti merapikan mainan atau meletakkan pakaian kotor di keranjang.
Setelah anak menyelesaikan tugas tersebut, jangan lupa untuk memberikan apresiasi karena telah membantu Ibu. Langkah kecil seperti ini dapat membangkitkan motivasi pada anak untuk menjadi lebih empati dan merasa senang saat membantu orang lain.
6. Bacakan Cerita dengan Pesan Kebaikan
Membacakan buku cerita dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir anak. Sebab, saat anak mendengarkan cerita, ia juga ikut membayangkan apa yang terjadi dalam cerita tersebut.
Saat itulah waktu yang tepat untuk mengajukan pertanyaan dan menstimulasi keterampilan berpikir kritis anak. Ibu dapat mengajukan berbagai jenis pertanyaan tentang cerita tersebut yang akan mendorong anak untuk memberikan pendapatnya.
Misalnya, ketika membacakan dongeng Little Mermaid yang menunjukkan Ariel merasa sedih ketika koleksi simpanannya dibuang oleh King Triton. Ibu bisa memancing si Kecil berpikir dengan bertanya, “Menurut Adik, Ariel kenapa sedih setelah ketemu ayahnya?” atau “Menurut Adik, apakah baik membuang barang-barang kesayangan teman tanpa izin?
Dengan mengajukan pertanyaan ini, si Kecil jadi ikut terlibat aktif menyerap pesan moralnya, bukan sekadar mendengarkan sambil lalu saja.
Jadi, luangkan waktu untuk berinteraksi dengan si Kecil setelah membacakan buku dan dorong mereka untuk berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan yang Ibu berikan.
Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai kecerdasan emosional (EQ) pada anak. Yang terpenting adalah selalu memberikan contoh yang baik pada si Kecil. Selalu ingat bahwa anak mempunyai kemampuan menyerap dengan cepat apa yang mereka lihat dan dengar.