Pentingnya Menumbuhkan Self-worth pada Anak Sedini Mungkin
Self-worth penting untuk diiliki setiap individu. Menurut Baumeister, Champbell, Krueger, dan Vohs (2003) self-worth didefinisikan sebagai tingkat penilaian individu terkait seberapa berharga dirinya sendiri. Individu dengan self-worth yang tinggi akan menjadi individu yang memandang bahwa dirinya cukup baik.
Selft-worth adalah perasaan internal seseorang dimana menggambarkan tingkat kecukupan dan kelayakan untuk dicintai dan dimiliki oleh diri sendiri maupun orang lain. Self-worth sering dikacaukan dengan Self-esteem, Self-worth adalah salah satu bentuk apresiasi yang menghargai diri sendiri dengan mengetahui bahwa kamu berharga.
Sedangkan Self-esteem adalah apa yang dipikir, dirasa, dan dipercaya tentang dan oleh diri kita sendiri. Self Esteem dapat diartikan sebagai cara kita menghargai serta memandang diri kita sendiri. Hal tersebut berdasarkan pendapat serta keyakinan mengenai diri sendiri.
Self-worth dan Kesehatan Mental
Persepsi seberapa baik dan tidaknya seseorang akan berpengaruh pada internal dan eksternal diri. Self-worth yang tinggi juga terbukti memiliki korelasi positif dengan kebahagiaan (Baumeister dkk, 2003), kepuasan hidup dan well-being (Proctor, Linley, & Maitby, 2009). Selanjutnya, rendahnya self-worth akan menjadi prediktor rendahnya kesehatan mental, perilaku kiminal, kesehatan fisik yang buruk, perilaku yang tidak konsisten, serta kondisi ekonomi yang kurang baik di masa depan (Sowislo & Orth, 2013).
Sowislo dan Orth (2013) menjelaskan studi meta analisis yang telah dilakukannya dari 80 data penelitian longitudinal pada anak-anak hingga usia lansia, menyebutkan bahwa rendahnya self-worth berhubungan dengan berbagai masalah emosional, seperti depresi dan kecemasan.
Dari beberapa periode penting perkembangan manusia, remaja merupakan periode yang paling sensitif terkait self-worth pada anak (Birkeland, Melkevik, Holsen, & Wold, 2012). Pada masa remaja, tinggi dan rendahnya self-worth akan nampak sebagai dampak dari pola asuh dengan orangtua.
Pengaruh Hubungan Orangtua dan Anak
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua dan anak pada usia dini berhubungan dengan self-worth pada usia remaja.
Hubungan orangtua dan anak yang dekat, saling mengepresikan kasih sayang, dan bentuk hubungan positif lainnya memiliki hubungan positif dengan tingginya tingkat self-worth pada anak. Tingginya self-worth yang dialami anak akan memperbesar peluang ia memiliki kesehatan mental yang baik ketika remaja (Kamkar, Doyle, & Markiwicz, 2012).
Pentingnya menumbuhkan Self-worth pada Anak
Self-worth merupakan prinsip utama dan mendasar dari attachment relationship, anak-anak akan mengembangkan aspek Internalnya untuk merasa berharga dan dicintai, kemudian perasaan tersebut akan direfleksikan pada hubungan dengan lingkungannya.
Kemudian self-worth pada anak akan mempengaruhi aspek alami dan kualitas diri anak (Ladd, 1992). Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi self-worth diprediksi oleh attachment security dalam hubungan dengan ibu dan ayah pada anak kelas SD.
Persepsi self-worth pada anak turut berhubungan dengan keberfungsian psikososial pada middle childhood. Hasil penelitian Verschueren, Buyek, dan Marcoen (2001) menyebutkan bahwa anak kelas 5 SD yang memiliki persepsi diri positif akan memiliki penyesuaian diri dan kemandirian yang tinggi dibandingkan dengan anak seusia nya.
Pengaruh Hubungan Pertemanan dan Lingkungan
Kemudian self-worth juga berhubungan dengan hubungan berteman, penyesuaian diri di sekolah, persepsi penerimaan sosial dan dukungan teman sekelas (Fordham & Stevenson-Hind, 1999) serta berhubungan negatif dengan masalah tingkahlaku, kesepian dan kecemasan (Fordham & Stevenson-Hinde, 1999).
Upaya Menumbuhkan Self-worth pada Anak
1) Tidak Memberikan Pujian Kosong
Berikan pujian yang sewajarnya kepada anak; misalnya karena prestasi atau keterampilan baru yang dipelajarinya. Memberikan pujian yang terlalu berlebihan akan mendorong anak mulai berpikir bahwa mereka sempurna, atau mereka berusaha menjadi sempurna sepanjang waktu, dan itu suatu hal yang mustahil.
2) Pujian pada Kekuatan
Berikan pujian yang dititikberatkan pada upaya atau kekuatan yang dimilikinya; jangan terlalu banyak memberikan pujian pada hasil. Misalnya : nilai prestasi disekolah yang bagus maka pujian lebih diarahkan pada upaya anak dalam belajar, latihan, mngerjakan PR. dll. Dengan adanya pujian seperti tersebut, maka anak akan berusaha keras, bekerja menuju tujuan, dan mencoba.
3) Biarkan Anak Membuat Kesalahan
Biarkan anak membuat kesalahan dan mengalami kegagalan; yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah menjelaskannya bahwa kegagalan yang terjadi karena ada beberapa hal yang dilakukan kurang sempurna.
4) Ubah Kegagalan menjadi Kesempatan Belajar
Jangan memarahi anak karena tidak melakukan sesuatu dengan benar, jelaskan pelajaran apa yang dapat diperoleh dari pengalaman tersebut sehingga dilain waktu jika situasi yang sama muncul maka dia akan mengetahui bagaimana menanganinya dengan lebih baik.